by Gita Savitri Devi

5/12/2014

Curhat Lagi, Curhat Lagi

Gue nggak tau dimana gue harus nulis uneg-uneg ini dan gue nggak tau mesti curhat ke siapa tentang hal ini. Terus gue jadi inget kalau gue punya blog yang bisa gue tulis tentang apa aja. Nyahnyahnyah.

Kali ini temanya agak sensitif, tentang agama. Kenapa gue mau curhat tentang agama? Karena gue udah nggak kuat lagi ngeliat kanan-kiri gue, di twitter, facebook, sosial media mana pun nyudutin agama gue. Intinya gitu. So, disini gue nggak mau nulis tentang apa yang bener dan mana yang salah. Gue pure 100% pingin curhat.

Jadi gini, gue terlahir islam. Nyokap-bokap dan keluarga gue semuanya islam. Terlebih dari sisi nyokap gue islamnya kuat banget. Harusnya ya gue religius banget dong ya. Tapi waktu gue masih labil dan masih baru dateng ke Berlin, bisa dibilang pikiran gue liberal banget. Didalam diri gue memperbolehkan aja minum alkohol asal nggak mabuk, karena gue pikir Allah SWT melarang kita ngelakuin sesuatu karena akan ada efek samping yang buruk. Selama nggak ada hal buruk terjadi, ya sah-sah aja. Begitu juga dengan makanan. Gue bener-bener nggak hati-hati sama makanan. Gue emang nggak makan babi, tapi gue asal makan daging sapi atau ayam yang nggak di sembelih pakai nama Allah alias halal. Dulu (juga) gue pikir "Yaa selama nggak babi nggak papa.". I'm that type of person yang nggak mau asal percaya aja sesuatu kalau nggak ada alasan atau buktinya. Jadi gue pasti nyari info tentang semua larangan yang ada di agama gue, sebelum gue mau nerapin. Gue tapi kenapa babi haram, karena dia tinggal di lumpur dan DNA nya mirip manusia dan blablabla (based on my research on the internet and other sources). But still, gue tetep nyeleneh dengan memperbolehkan diri gue makan daging apapun asal bukan babi dan yang hidup di dua alam. I totally forgot kalau sapi akan tetap haram kalau nggak di sembelih secara islam. Nggak cuma urusan makanan doang, gue pun selalu mencoba nge-deny apapun yang sebenernya dilarang. Selalu mencari pembenaran.
So basically gue dulu liberal lah pikirannya.

I'm not saying that now I'm a perfect muslim yang menjalankan semua wajib dan sunnah. Gue masih nggak nutup aurat, gue masih pacaran, gue masih suka salaman sama yang bukan muhrim, dan lain sebagainya. Tapi sekarang gue at least sangat mengerti akan semua larangan dan terapan dalam agama gue, karena itu semua make sense. Gue ngerti kenapa merokok itu tidak diperbolehkan, gue mengerti kenapa musik sebenernya haram, apapun itu lah. Karena gue selalu ingin terus belajar dan terus berjalan ke arah yang Tuhan gue mau. So, gue suka nanya-nanya sama temen gue yang ilmunya lebih tinggi, gue suka baca kajian-kajian apa, atau nonton video di YouTube. Gue mau untuk terus nerapin wajib dan sunnah yang gue tau. Gue tau hidayah itu bukan didapat, tapi hidayah itu dicari. Akhirnya gue pun sekarang terus coba ngelepas ego gue, gue coba buka pikiran gue untuk menerima itu semua. Karena kalau gue masih dengan ego gue sebagai manusia, yang paling nggak suka kalau dilarang, nggak suka nggak bebas, gue nggak akan pernah bisa jalan ke arah Jannah. Karena gue akan makin cinta sama dunia dan makin nggak rela untuk ngelepasin segala hal yang bersifat dunia. Walaupun gue masih sering nge-keep sifat manusiawi gue yang maunya nyeleneh-nyeleneh nggak jelas.

Dulu juga gue berpikir religion is like p*nis, so you don't have to show it to everybody. Terus lama-lama gue mikir, "Harusnya gue bangga kalau gue memperlihatkan status gue. Harusnya gue bangga mendeklarasikan diri gue kalau gue itu muslim. Bukannya malah nutupin.". Dulu gue paling nggak mau orang tau kalau gue tahajjud, atau kalau gue sholatnya cukup sering. Ibadah gue jalan terus kok, but I didn't want anyone to find out about it, karena nanti mereka memberi label ke gue : Gita itu islam banget.

So now after finally ngerti kenapa ini boleh-kenapa itu nggak boleh, gue jadi sadar kalo hati gue lemah (Lah kok tiba-tiba ke hati?). Gue rasanya mau nangis kalo orang mikir islam itu identik dengan orang miskin, orang yang tertutup sama majunya dunia sekarang, orang yang cuma taunya aqidah, syariat, tajwid, tapi nggak tau informasi, nggak tau pengetahuan umum. Gue berasanya sakitt banget kalau ngeliat temen gue yang ngomong kalau jilbab syar'i itu kayak ninja and then they laughed. I mean why are you laughing? Is that even funny? Gue pribadi mau banget someday berhijab syar'i. Do you have problem with that?
Banyak juga sekitar gue yang beropini kalau politik itu nggak boleh dicampuradukan sama agama. Mereka juga menyebut-nyebut istilah "Islamisasi". Kayaknya mereka fobia banget sama islam. Karena mereka pikir kalau hukum islam di praktekan, maka yang non islam akan dibumihanguskan atau apa lah. No! Seandainya aja mereka yang ngomong itu ngerti apa itu islam, mereka nggak akan pernah ngomong itu. Karena islam itu sangat toleransi. Kita nggak anti kristen, kita nggak anti katolik, bahkan kita nggak anti sama atheist. Seperti di surat Al-Kafirun, "Agamaku agamaku, agamamu agamamu.". So why do you have to be that afraid?
Nggak jarang juga orang-orang yang "islam banget" di ceng-cengin. Dikatain onta lah, arab lah. Lucunya, orang-orang yang nyudutin islam itu banyak yang non muslim. Ada sih temen gue, dia non muslim. Tapi dia kayaknya iseng banget suka ngurusin agama gue. Rasanya gue pingin nanya "Lo pakar islam banget ya? Kesannya tau banget apa yang lo omongin.".
Intinya mereka yang nggak suka, berpendapat kalau agama gue itu terlalu strict, nggak fleksibel, dan ketinggalan jaman. Mereka berpikir kalau agama lah yang harus menyesuaikan zaman, bukan sebaliknya. I totally disagree! Kita itu diturunkan ke dunia sama yang diatas dikasih pedoman. Kita dikasih buku "How To Survive In This Life". In this case it's Quran. We have to look it up everytime. Bukannya malah bilang "Ah elah semuanya aja dilarang. Ini dilarang. Itu dilarang. Semuanya di atur-atur.".

My point is, buat orang-orang yang suka nyudutin kami, why are you doing that? Apa untungnya buat kalian? Nggak bisa kah kalian coba berpikir dan bertoleransi terhadap apa yang kami yakinin? Kenapa yang nggak mau pacaran harus di-ceng-in? Kenapa yang nggak minum di bilang nggak gaul? Kenapa orang-orang yang berusaha untuk makin baik malah dibilang sok alim?
Life would have been better if we can tolerate and understand each other. Gue ngerti kok kalau temen gue tiap minggu nggak pernah bisa di ajak jalan karena dia harus ke gereja. Gue nggak berhak complain. Gue pribadi nggak akan pernah mau ngurusin keyakinan orang dan tata cara hidup orang, karena gue nggak ada hak untuk ngelakuin itu. Nggak masalah kalau kalian berbeda pendapat dengan gue, it's normal. I don't care if you are liberal or ahmadiyah or whatever you name it. As long as we don't make a fuss over it, semua akan baik-baik aja toh?
Share:

5/08/2014

Quick Post

Hi, I'm just gonna do some quick post.
Thank you for everyone, who's very nice and cares a lot about me (after reading your comments on my previous post, i felt so touched). Your support means a lot to me and I thank each one of you for doing that :)

Another busy week for me at Uni. I have an exam coming up in 3 weeks or so. So, I don't have enough time to meet friends what so ever. But I do have time to pimp my blog layout! Since kak Utie asked me if I could change her layout, so I thought maybe I need to learn a little bit about this HTML and CSS thing.

That's all I guess. I need to start studying now.

Have a good day and I'll see you soon.

Gita
Share:
Blog Design Created by pipdig